Senin, 06 Desember 2010

Story : Kisahku Yang Sebenarnya

Part 2

Teet...teet...teet.. Bunyi bel masuk di sekolahku terdengar. Pelajaranpun di mulai, setiap hari keaadaan masih seperti biasa. Jam pertama pelajaran Matematika, pagi-pagi otak langsung di forsir untuk ngrjain soal-soal yang sulitnya bukan main. Namun akhirnya, pelajaranpun berlalu, ganti pelajaran Seni. Waktunya bernyanyi.
" Anak-anak sudah tau apa tugas kalisn?" tanya Guruku mengingatkan.
" Sudah Pak.." jawab semua murid serentak.
" Nah, sekarang ketua regu, maju ke depan mengambil no undiannya." ujar beliau.
Serentak ketua regu masing-masing maju ke depan kelas. Termasuk aku.
" Sil, dapat no berapa?" tanya Nila salah satu reguku.
" Asyik,..kita dapat no undian ke 4." ujarku girang.
" Mantap tuch." ujar reguku.
Satu persatu regu mulai bernyanyi. Lagunya bebas yang penting, Guruku suka. Akhirnya tibalah giliran reguku. Anak-anak bersorak sorai.
" Ayo semangat. PD aja. Okey!!" ujarku.
" Okey!!!" ujar teman-temanku.
" Ayo, mulai." ujar Guruku.
Sepintas sebelum menyanyi, kulihat beberapa mobil, masuk ke halaman sekolahku. Ah, aku tak peduli.
Aku menyanyikan lagu kesukaanku. Na..na..na....la..la....la....
Suit..suit... Teriakan anak-anak cowok. Akhirnya selesai juga. Aku dan teman-temanku hanya bernapas lega.
Namun, acara ini terhenti, karena ada seorang tamu.
" Permisi, Pak" ujar seorang cowok.
" Pagi, eh kamu. Akhirnya datang juga. Ayo, masuk" ujar Guruku.
Tiga anak laki-laki masuk ke dalam kelasku. Seketika semua serentak melihat tamu yang datang. Termasuk aku.
" Perasaan aku kenal." ujarku.
" Kamu kenal. Siapa?" ujar Nila teman satu bangkuku.
Aku mulai berpikir. Sekilas aku tau orang ini tapi, aku tak tau itu siapa.
" Sisil." panggil Guruku.
" Ya, Pak" jawabku
" Kamu kesini." ujar Beliau.
Aku langsung ke depan. Menatap bingung.
" Ada apa, Pak." tanyaku.
Guruku hanya tersenyum.
" Boleh, saya bawa keluar, Pak." ujar cowok yang berkacamata. Kedua temannya hanya tersenyum.
" Ya." ujar Guruku.
Tanganku langsung di tarik. Aku menatap bingung. Ku coba lepas.
" Nggak apa, kamu keluar aja dulu." ujar Guruku.
Aku hanya menggangguk. Ku tatap teman-temanku, mereka sama bingungnya kayak aku.Cowok itu mengajak ku ke depan kelasku.
" Gimana kabarmu?" ujarnya.
" Hah, eh kamu siapa?" ujarku.
" Coba kamu ingat-ingat." ujarnya.
Aku berpikir sejenak, mengingat semua masa laluku.
" Ah, lama. Denis. Ingat." ujarnya.
Aku hanya mengernyitkan dahi. Astaga.Aku nggak menyangka, ini sudah 9 tahun.
" Ngapain kamu disini." ujarku.
" Baru ingat langsung marah-marah." ujarnya.
Aku diam.
" Asal kamu tau ya, kalau bukan karena Kakek aku nggak akan ke tempat ini." ujarnya.
" Maksudmu." ujarku
" Kakek sakit, kamu di minta pulang sekarang. Harus sekarang." ujarnya.
" Tapi.." ujarku tertahan.
" Nggak ada tapi-tapian, asal kamu tau ya. Aku dah capek-capek datang dari Jakarta, hanya di suruh Kakek." ujarnya. Lalu dia langsung menarik tanganku.
" Ga,..Dim. Kamu ambil barang-barangnya di kelasnya. Lalu kita bentar lagi berangkat." ujar Denis.
Lalu di menyeretku ke lantai bawah. Aku nggak tau maksud anak ini.
" Kita keruang guru. Kamu izin sana. Kita berangkat sekarang." ujarnya.
" Kemana?" ujarku.
" Ketempatmu asal." ujarnya.
Ingin ku lepas tanganku dari genggamannya. Tapi, tak bisa.
" Kamu tau, aku belum bilang sama keluargaku." ujarku.
" Aku sudah memberitaunya, kemarin. Semua keluargamu sudah tau. Jadi, kamu nggsk usah repot-repot." ujarnya.
Apa, aku nggak nyangka semua ini bisa terjadi padaku.
" Semua persiapan udah di siapin. Apa kel;uarga kamu nggak bilang?" ujarnya.
" Nggak, sama sekali." ujarku lirih. Apa maksud dari semua ini.
Tanpa ku sadari, aku sudah di depan ruang Guru. Kedua temannya tadi juga telah kembali, membawa tasku.

Bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar