Senin, 04 April 2011

Try Out UNAS 5 Paket

Mulai hari ini, SMP ku memuliuji coba Try Out menggunakan 5 paket (A-B-C-D-E). meskipun begitu, pengawas yang jaga saya rasa kurang ketat. Padahal, ini adalah kesempatan menguji siswa untuk percaya pada diri senditi dalam menghadapi UNAS. Tapi, penjagaan tetap tidak berubah. Padahal yang saya inginkan adalah, penjagaan yang ketat.Meskipun soal yang di buat, sudah nggak ada yang beda, karena menggunakan 5 paket, tapi anak-anak tetap bisa menyontek, karena penjagaan yang kurang ketat.

Rabu, 29 Desember 2010

Story : Kisahku Yang Sebenarnya Part 4

Setelah berpamitan dengan guru-guru. Denis langsung mengajak berangkat. Kami berempat segera munuju mobil, yang di parkir di depan halaman sekolah. Aku lihat teman-teman ku, melihatku dari lantai 2. Sekilas aku melihat Andi berlari-lari kecil ke arahku, bersama sahabat dekatku. Kini aku sudah sampai di halaman sekolah, Denis sudah membuka pintu mobil. Arga dan Dimas juga sudah masuk ke dalam mobil yang satunya.
"  Boleh nggak aku pamitan dulu." ujarku.
" Hanya sebentar, kita mengejar waktu." ujar Dion.
Andi dan sahabatku mendekat.
" Aku harus berangkat sekarang, maafin kesalahan kakak ya." ujarku ke Andi.
" Tapi, Kak.." ujarnya tertahan. Matanya mulai basah.
" Eh, Sil kamu belum cerita kepda kami. Apa baksud dari semua ini? tanya Yeni kebingungan.
" Sudahlah, aku harus berangkat sekarang. Semoga kita bisa bertemu di suatu tempat nanti." ujarku sambil berlalu meninggalkan mereka. Aku langsung naik ke dalam mobil, tanpa menjelaskan apapun kepada sahabatku. Sama sekali tidak.
" Berangkat sekarang." ujarku. Denis langsung memacu mobilnya. Meninggalkan sekolahku yang penuh kenangan ini. Mobil kini melaju menuju perkotaan, menuju Bandara Juanda. Sedari tadi aku hanya terdiam memikirkan semua ini.Aku tak habis pikir, kenapa aku harus kembali ke tempat itu. Tempat yang penuh kenangan buruk tentang masa lalu keluargaku. Aku nggak tau maksud dari semua ini. Ku lirik Denis, baru aku sadari. Dia masih menggunakan seragam sekolahnya.
" Kamu tadi berngkat jam berapa?"tanyakun memecah ke sunyian. Denis melirikku.
" Pagi, sebelum berangkat sekolah." ujarnya.
Aku kaget banget, dia datang kesini hanya di suruh Kakek. Apalagi ini perjalanan lama sekali. Bogor - Surabaya. Setelah itu aku hanya terdiam, nggak tau apa yang harus aku omongin.
Beberapa jam kemudian kami sampai di Bandara Juanda.

Sementara itu...

Andi dan Yeni cs, berjalan memasuki halaman sekolah. Yeni mengajak Andi untuk menceritakan semuanya. Tapi ketika di dekat tangga, Andi berhenti.
" Sudahlah Kak, aku nggak mau ngebahas ini." ujarnya sambil mengghela napas panjang.
" Tapi, kita nggak tau maksud dari ini semua. Ayolah Andi beritau kami." ujar Dila.
" Kalian tanya ke Wali Kelas kalian aja Kak, pasti tau. Sudah Kak, aku ke kelas dulu." ujar Andi sambil berlalu pergi.
Yeni dan teman-temannya hanya memandang bingung.
" Mungkin dia masih sedih, di tinggal Kakaknya." ujar Dila.
Teman-temannya hanya mengangguk. Mereka lalu menuju kelasnya yang berada di lantai dua. Beberapa temannya sudah menunggu di kelas.
" Gimana? Apa yang terjadi dengan semua ini?" tanya Rizki. Anak-anak kini mulai mengurumuni Yesi cs.
" Kalau kami tau, pasti kami sudah berceirta. Andi nggak mau ngasih tau sedikitpun. Begitu juga Sisisl." ujar Dila.
" Ya, Andi malah nyuruh kita tanya ke Wali kelas. Aku tambah bingung dengan semua ini." ujar Yeni.
" Semoga aja, Bu Anis nanti mau cerita sedikit aja." ujar Sofie. Yang lain hanya mengangguk.


Bersanbung....

Senin, 13 Desember 2010

Part 3 Story : K isahku Yang Sebenarnya

Dia lalu membawa ku ke ruang Guru.
"  Kamu, nyadar nggak, kalau aku ini masih betah tinggal di sini." ujarku
" Ini bukan urusanku, yang penting sekarang aku harus membawa ke Bogor. Sekarang juga!!!" ujar Denis.
Tak, beberapa lama kemudian, beberapa Guru datang.
" Kalian, ini jangan bertengkar terus. Dan, kamu Sisil kamu harus mau, jangan bikin Kakekmu khawatir." ujar Bu Anis, Guru yang akrab denganku.
" Lihat, Bu Anis aja setuju. Sekarang sana kamu ganti baju." ujarnya sambil memberiku bungkusan.
Aku langsung beranjak dari tempat itu. Aku nggak tau apa yang harus ku lakukan. Karena, beberapa tahun yang lalu, aku telah berjanji untuk kembali ke tempat itu.
Teet....teet...!!! Ku dengar buyi istirahat, aku langsung bergegas keluar dari kamar mandi. Ruang Guru kini sudah di padati oleh Guru-guru.
" Ayo, kita berangkat sekarang. Kamu pamitan sana." ujar Denis.
Aku langsung menuju Guru-guru. Denis dan kedua temannya, menunggu di rung tamu.
" Kamu, hati-hati di jalan ya. Semoga Kakekmu lekas sembuh." ujar beberpa Guru. Aku hanya mengangguk.

bersambung...

Senin, 06 Desember 2010

Story : Kisahku Yang Sebenarnya

Part 2

Teet...teet...teet.. Bunyi bel masuk di sekolahku terdengar. Pelajaranpun di mulai, setiap hari keaadaan masih seperti biasa. Jam pertama pelajaran Matematika, pagi-pagi otak langsung di forsir untuk ngrjain soal-soal yang sulitnya bukan main. Namun akhirnya, pelajaranpun berlalu, ganti pelajaran Seni. Waktunya bernyanyi.
" Anak-anak sudah tau apa tugas kalisn?" tanya Guruku mengingatkan.
" Sudah Pak.." jawab semua murid serentak.
" Nah, sekarang ketua regu, maju ke depan mengambil no undiannya." ujar beliau.
Serentak ketua regu masing-masing maju ke depan kelas. Termasuk aku.
" Sil, dapat no berapa?" tanya Nila salah satu reguku.
" Asyik,..kita dapat no undian ke 4." ujarku girang.
" Mantap tuch." ujar reguku.
Satu persatu regu mulai bernyanyi. Lagunya bebas yang penting, Guruku suka. Akhirnya tibalah giliran reguku. Anak-anak bersorak sorai.
" Ayo semangat. PD aja. Okey!!" ujarku.
" Okey!!!" ujar teman-temanku.
" Ayo, mulai." ujar Guruku.
Sepintas sebelum menyanyi, kulihat beberapa mobil, masuk ke halaman sekolahku. Ah, aku tak peduli.
Aku menyanyikan lagu kesukaanku. Na..na..na....la..la....la....
Suit..suit... Teriakan anak-anak cowok. Akhirnya selesai juga. Aku dan teman-temanku hanya bernapas lega.
Namun, acara ini terhenti, karena ada seorang tamu.
" Permisi, Pak" ujar seorang cowok.
" Pagi, eh kamu. Akhirnya datang juga. Ayo, masuk" ujar Guruku.
Tiga anak laki-laki masuk ke dalam kelasku. Seketika semua serentak melihat tamu yang datang. Termasuk aku.
" Perasaan aku kenal." ujarku.
" Kamu kenal. Siapa?" ujar Nila teman satu bangkuku.
Aku mulai berpikir. Sekilas aku tau orang ini tapi, aku tak tau itu siapa.
" Sisil." panggil Guruku.
" Ya, Pak" jawabku
" Kamu kesini." ujar Beliau.
Aku langsung ke depan. Menatap bingung.
" Ada apa, Pak." tanyaku.
Guruku hanya tersenyum.
" Boleh, saya bawa keluar, Pak." ujar cowok yang berkacamata. Kedua temannya hanya tersenyum.
" Ya." ujar Guruku.
Tanganku langsung di tarik. Aku menatap bingung. Ku coba lepas.
" Nggak apa, kamu keluar aja dulu." ujar Guruku.
Aku hanya menggangguk. Ku tatap teman-temanku, mereka sama bingungnya kayak aku.Cowok itu mengajak ku ke depan kelasku.
" Gimana kabarmu?" ujarnya.
" Hah, eh kamu siapa?" ujarku.
" Coba kamu ingat-ingat." ujarnya.
Aku berpikir sejenak, mengingat semua masa laluku.
" Ah, lama. Denis. Ingat." ujarnya.
Aku hanya mengernyitkan dahi. Astaga.Aku nggak menyangka, ini sudah 9 tahun.
" Ngapain kamu disini." ujarku.
" Baru ingat langsung marah-marah." ujarnya.
Aku diam.
" Asal kamu tau ya, kalau bukan karena Kakek aku nggak akan ke tempat ini." ujarnya.
" Maksudmu." ujarku
" Kakek sakit, kamu di minta pulang sekarang. Harus sekarang." ujarnya.
" Tapi.." ujarku tertahan.
" Nggak ada tapi-tapian, asal kamu tau ya. Aku dah capek-capek datang dari Jakarta, hanya di suruh Kakek." ujarnya. Lalu dia langsung menarik tanganku.
" Ga,..Dim. Kamu ambil barang-barangnya di kelasnya. Lalu kita bentar lagi berangkat." ujar Denis.
Lalu di menyeretku ke lantai bawah. Aku nggak tau maksud anak ini.
" Kita keruang guru. Kamu izin sana. Kita berangkat sekarang." ujarnya.
" Kemana?" ujarku.
" Ketempatmu asal." ujarnya.
Ingin ku lepas tanganku dari genggamannya. Tapi, tak bisa.
" Kamu tau, aku belum bilang sama keluargaku." ujarku.
" Aku sudah memberitaunya, kemarin. Semua keluargamu sudah tau. Jadi, kamu nggsk usah repot-repot." ujarnya.
Apa, aku nggak nyangka semua ini bisa terjadi padaku.
" Semua persiapan udah di siapin. Apa kel;uarga kamu nggak bilang?" ujarnya.
" Nggak, sama sekali." ujarku lirih. Apa maksud dari semua ini.
Tanpa ku sadari, aku sudah di depan ruang Guru. Kedua temannya tadi juga telah kembali, membawa tasku.

Bersambung....

Story : Kisahku Yang Sebenarnya

Udara segar menyambutku pagi ini.
" Sil, ayo bangun udah pagi ini. Nggak seklah apa kamu?" ujar Ibu
" Ya..ya Bu, aku udah bangun nich.." ujarku
Aku langsung turun ke bawah.
" Siapa Bu yang di kamar mandi?" tanyaku.
" Adikmu" ujar Ibu.
Aku lalu langsung menuju kamar mandi
" Dek, ayo cepetan" ujarku
" Bentar!!! Salah ndiri bangun siang" ujar Andi.
" Dasar, cepetan dong.." ujarku.
Tak beberapa lama kemudian, akhirnya aku mandi juga. Aku langsung bergegas, karena semua orang sudah pada menunggu di ruang makan untuk sarapan pagi.
" Kalau bangun tu agak pagi. Biar nggak kesiangan." ujar kakakku.
" Ya..ya.." ujarku
Aku dan Andi langsung bergegas makan.
" Yah, Bu, kami berangkat dulu ya." ujarku dan Andi.
" Ya, hatihati di jalan." ujar Ayah, Ibu hanya tersenyum.
" Kak, duluan." ujarku.
" Ya." ujar Dion.
Aku dan Andi 1 sekolah. Aku kelas 9 SMP, sedangkan Andi kelas 8 SMP. Jadi, kami kalau ke sekolah selalu berangkat bersama naik sepeda. Sedangkan, kakakku kelas 10 SMA. Jadi, nggak bareng kalau berangkat sekolah. Sampai di sekolah sudah banyak anak yang sudah datang, parkiran hampir aja penuh. Aku dan Andi lalu memarkirkan sepeda. Ketika memarkirkan sepeda, seseorang memanggilku.
" Sil, nggak biasanya kamu berangkat siang." ujar Yeni, teman 1 kelasku.
" Bangun kesiangan Kak." tiba-tiba Andi nyolot.
" Hich, dasar kamu,." ujarku sambil mendelik ke Andi.
" Ah, duluan aku Kak, teman-teman aku udah nunggu aku tuch" ujar Andi, sambil ngeloyor pergi.
Aku dan Yeni hanya mengangguk. Lalu kami berdua melangkah menuju kelas yang letaknya di lantai dua. Beberapa anak ada yang lagi latihan menyanyi, karena nanti ada tugas  menyanyi per group.
" Pagi Sil." ujar salah satu tamanku. Aku menoleh, ku dapati Rizki berada di belakangku.
" Eh, pagi." ujarku.
" Giman kelompok amu nanti." ujarnya.
" Pokoknya kelompok aku sudah mateng. Ya nggak teman-teman." ujarku kepada temanku yang duduk di depanku.
" Aku do'ain sukses dech." ujarnya.
" Oke, thanks" ujarku. Lalu Rizki pergi ke teman-teman cowoknya.

Bersambung....